Real/Nyata menurut Science
Definisi
“Real” atau nyata menurut science adalah materi dan energi. Alam ini real,
karena alam berisikan materi dan energi. Einstein mengguncang dunia dengan
menemukan bahwa materi dan energi dapat dipertukarkan.. Dari Materi pun bisa
berubah menjadi energi, demikian sebaliknya, dari energi bisa terbentuk materi.
Jumlah energi pun kekal adanya. Setetes air (materi) bisa diurai menjadi energi
dengan memecah partike-partikel penyusunnya. Proses pemacahan ini akan
melepaskan sejumlah energi yang sangat besar.
Proses
pembentukan alam semesta adalah contoh bagus dalam memberi contoh perubahan
energi yang sangat besar menjadi materi benda-benda langit yang kita lihat
sekarang. E=mc2, merumuskan Energi yang dapat berubah menjadi materi bila suatu
obyek dipacu mendekati kecepatan cahaya. Energi akan mengalami transformasi ke
massa obyek tersebut.
Science
berabad-abad lamanya menggeluti realita ini, mempelajari seluk-beluk materi dan
energi, dengan hasil sangat gemilang. Tanpa begitu listrik dan computer yang
anda gunakan untuk membaca tulisan saya, tidak akan tercipta begitu saja.
Inilah
definisi “REALITY” menurut science. Alam semesta ini merupakan sebuah benda
padat yang penuh dengan materi dan energi. Tidak ada “vacuum”.
We Live in a Perfect Nature
Ada 20 konstanta fundamental alam ini. 20
Konstanta tersebut sangat sensitif, dan seluruh penghuni alam semesta ini
sangat menggantungkan eksistensinya terhadap nilai konstanta yang tetap tidak
berubah sepanjang masa. Karena sedikit saja salah satu konstanta itu berubah
maka seluruh alam akan hancur.
Di dalam
Fisika, ditemukan bahwa terdapat 20 konstanta fundamental alam semesta yang
merupakan suatu ketentuan baku. Termasuk konstanta electromagnetic, gravitasi,
dll. Nilai masing-masing konstanta tidak bisa atau tidak boleh berubah. Sebuah
simulasi komputer menunjukkan bahwa bila satu konstanta berubah sedikit saja,
maka alam semesta ini akan hancur dan tidak mungkin ada. Begitu rumitnya dan
sempurnanya alam semesta ini, membuat saya berpikir bahwa alam semesta ini
unique dan penciptaanya adalah sesuatu yang dikehendaki. Bukan kebetulan
belaka.
20
fundamental constants of nature (from NOVA)
Sejak Big
Bang, laju berkembangnya alam semesta ini yang disebut dengan laju kritis, bila
lambat sedikit saja atau lebih cepat sedikit saja, maka alam semesta kita sudah
hancur jauh sebelum mencapai kondisi sekarang ini. Hal ini disebabkan jumlah
Dark Matter dan Dark Energy yang bertanggung-jawab atas laju kritis
berkembangnya alam semesta, adalah tepat, tidak kurang tidak lebih.
We are not a result of a random equation
Sebelum alam
semesta ini terbentuk, sebelum moment penciptaan, alam semesta kita bukanlah
hasil dari kebetulan yang disebabkan ledakan besar dari sebuah kondisi yang
disebut pre-quantum-state. Jika moment of creation adalah Big Bang, maka hanya
ada satu alam yang terbentuk darinya, yaitu alam semesta kita. Sebagian orang
memegang ide bahwa alam semesta kita adalah satu dari tak-hingga jumlah alam
semesta kemungkinan yang terjadi akibat Big Bang. Jika benar demikian,
kehidupan kita ini hanyalah sebuah kebetulan belaka. Tapi sungguh terlalu
sempurna untuk dikatakan hanya sebuah kebetulan.
Kita hidup
di alam semesta yang sempurna. Jumlah Dark Matter dan Dark Energy yang tepat,
serta 20 konstanta alam yang tetap/konstan, sudah lebih dari cukup untuk
menunjukkan dan membuktikan bahwa alam semesta kita ada dengan suatu alasan
tertentu. Bukan suatu kebetulan. Alam ini diciptakan oleh Sebuah Entity yang
Maha Kuasa dengan tujuan tertentu.
The Stage Was Set
So the stage
was set. Seperti sebuah panggung atau setting film. Sang sutradara mengatur
sedemikian rupa; design, konstruksi, bahan material, hingga warna, hiasan, dan
lain sebagainya dengan ketepatan formula dan kesempurnaan perhitungan yang hakiki.
Bergeser sedikit saja dari perhitungan itu, maka panggung akan hancur. Panggung
itu adalah alam semesta ini. Alam semesta ini sungguh sempurna dengan mengikuti
aturan-aturan baku yang tidak berubah. Hukum alam, kerumitan fisika yang tidak
mungkin ada karena kebetulan belaka. Obyek-obyek di dalamnya eksis dengan
harmonis dan seimbang. Semua saling membutuhkan satu sama lain, baik dalam
skala micro maupun macro.
Saya rasa
saya tidak perlu berpanjang lebar memaparkan betapa sempurnanya alam semesta
ini, karena kesempurnaan tersebut adalah sebuah bahasan tanpa batas.
Apakah ada
alam semesta lain yang mirip dengan alam semesta kita? Apakah predikat
'sempurna' yang kita sematkan untuk alam ini semata-mata karena kita tidak
punya pembanding yang lebih baik? Bagaimana dengan braneworlds? Apakah semua
semesta paralel hanyalah kebetulan belaka atau hanyalah pelengkap? Apakah teori
itu salah seluruhnya? Ikan yang hidup di dalam air mungkin menganggap alam air
adalah sempurna. Dan manusia menganggap alam semesta ini sempurna. Apa bedanya
kita dengan ikan itu?
Ada atau
tidak semesta paralel, yang menjadi inti dari pembahasan ini adalah bahwa alam
semesta ini tidak mungkin ada karena kebetulan. Dan bila tidak kebetulan,
berarti ada tujuan dari penciptaan alam ini.
Penjabaran Peluruhan (Reductionism)
Science juga
punya metode khusus dalam menerangkan mekanisme alam ini. Sebuah analogi yang
bagus; jika ada pertanyaan, mengapa sebuah mobil bisa membawa anda ke tujuan
tertentu, missal dari Jakarta ke Surabaya. Untuk menjawab pertanyaan ini,
science akan mulai mempreteli mobil, menemukan bahwa mesinlah yg menjadi sumber
energi penggerak, kemudian mesin pun dirombak untuk melihat keping demi keping
terkecil yang menyusunnya sampai disimpulkan bagaimana mobil bisa bergerak,
berapa jumlah bahan bakar yang dibutuhkan, waktu tempuh, dan lain sebagainya.
Namun dari situ manusia tidak mungkin menemukan jawaban ‘mengapa’ mobil itu
bergerak?
Untuk
mengerti mekanisme alam semesta ini, manusia mempelajari materi hingga dalam
lingkup yang paling kecil, atom dan partikel, karena manusia yakin dengan
mengerti mekanisme di tingkat yang paling kecil, maka manusia akan mengerti
mekanisme alam ini pada ukuran berapa pun, dimana pun. Hingga kini metode ini
sanggup membawa manusia ke tapal batas pengetahuan, string dan M-theory yang
demikian rumit dan memukau. Namun inilah tapal batas. Dengannya manusia masih
belum mampu menjawab ‘mengapa’ alam semesta ini tercipta?
Science
berada di tepi jurang. Di seberang sana hanyalah kegelapan, tidak bisa
dideteksi oleh perangkat apa pun. Science menggunakan partikel materi untuk
mendeteksi apa pun yang menjadi obyek observasinya. Bagaimana dengan obyek yang
tidak bisa dideteksi oleh partikel materi apa pun? Science berkata, maka obyek
itu tidak ada atau tidak REAL.
So, What’s Next?
Science
mencoba bergerak maju. Selangkah demi selangkah, mencoba mencari celah yang
bisa dilalui. Celah itu semakin sempit. Sempit karena science sudah kehabisan
cara untuk maju. Science harus melakukan revolusi untuk bisa melihat himpitan
dan jalan di depannya. Harus ada cara menerangi jalan di depan sehingga science
bisa melakukan observasi dan menarik kesimpulan. Science berada di antara dunia
nyata dan tidak nyata. Antara science dan philosophy. Antara fisik dan
metafisk.
Satu bidang
science, yaitu Noetic Science, yang dibangun oleh Edgar Mitchell (mantan
astronaut, Apollo 14), adalah salah satu bidang science yang mencoba membawa
science ke tempat yang belum pernah dijamah. Noetic melihat bahwa kemampuan
manusia tidaklah hanya sebatas peralatan yang diciptakannya untuk mempelajasi
alam ini, lebih jauh, untuk menolong dirinya sendiri agar menjadi manusia yang
lebih baik. Selama ini manusia hanya memanfaatkan kemampuan otaknya sedikit
saja. Tentunya ada metode atau cara yang dapat menaikkan kemampuan otak
manusia. Apa yang terjadi bila kita mampu memanfaatkan 100% kapasitas otak
kita? Noetic adalah science yang berani terjun untuk menyelidiki alam pikiran,
alam bawah sadar, psychokinetic, Kematian, science and wisdom, meditasi, dan
lain seterusnya.
Mungkin
manusia telah berjalan ke arah yang keliru. The biggest mystery is not the
universe, but human itself.
Manusia
mempunyai potensi yang 80% -nya masih menjadi bahan penilitian di Noetic
Institute. Saat ini kita tidak tau apa saja manifestasi dari 80% potensi kita
itu. Kemudian ada sebuah pertanyaan, ‘apakah ini pemikiran baru? Ataukan sudah
pernah dibicarakan sebelumnya?’
Ilmuwan noetic
membuka diri untuk mempelajari catatan-catatan sejarah yang mungkin pernah
menyinggung tentang rahasia alam yang terbesar ini, manusia.
Dan ternyata
literature-literature itu sangat banyak. Sejak awal, sejak zaman manusia mampu
menuliskan idenya, manusia sudah mulai berpikir tentang potensi yang tersimpan
di dalam jasad kita ini, hubungan antara manusia dengan alam., reality dengan
non-reality, Fisik dan mistik. Manusia dan Tuhan. Sebagian kitab-kitab itu
masih ada hingga sekarang dalam bentuk kitab suci agama-agama di seluruh dunia
(Taurat, Injil, Al-Quran, Veda, dll)
Manusia pada
zaman itu sudah berbicara mengenai pencipataan alam semesta, penciptaan
manusia, baik-buruk, dan lain sebagainya. Apakah mungkin jawaban misteri yang
dihadapi science sekarang ini hanyalah berupa perulangan bahsan topic uang
pernah dibicarakan nenek-moyang kita terdahulu? Memang bedanya, dulu mereka
tidak menggunakan teknologi untuk menguji hipotesa, mereka hanya menggunakan
logika dan akal, filsafat. Tapi di masa science yang berada di tepi jurang ini,
tidak ada cara lain untuk melihat dalam kegelapan selain mencoba melihat
kembali ke dalam kitab-kitab itu. Mencoba mendalami potensi manusia. Manusia
dengan alam, manusia dengan Tuhan.
Polarity
Tuhan yang
Maha Satu, hanya ada Dia sebelum Dia menciptakan alam semesta ini. Dia tidak
memerlukan ruang, tidak juga waktu. Tidak ada yang lainnya selain Zat Yang Satu
itu. Kemudian Tuhan berhendak menciptakan alam. Pertama kali Ia menciptakan
cahaya. Adalah suatu keputusan dari Tuhan untuk menciptakan cahaya sebagai awal
proses penciptaan. Cahaya membawa konsekwensi, yaitu polarity. Ini adalah sifat
dasar cahaya yang darimana alam semesta ini diciptakan. Polarity adalah
pengkutuban, dualisme, dua sifat yang saling bertentangan namun saling
menyeimbangi satu sama lain. Hindu menyebutnya Karma, ajaran di China
menyebutnya Yin-Yang. Oleh karenanya di alam ini kita amati terdapat polarity
di mana-mana. Kanan-kiri, negative-positive, baik-buruk, kaya-miskin, semua
berpasangan dan saling meniadakan/menyeimbangkan.
Bila di alam
ini terdapat polarity, maka sebelum terciptanya, tidak ada polarity. Inilah
arti ESA yang sesungguhnya. Hanya ada Tuhan. Tidak ada yang lain. Tuhan adalah
singular, bukan polar. Tidak ada kanan-kiri, tidak ada negative-positive, tidak
ada baik-buruk. Tidak ada surga-neraka.
Dari cahaya
tersebut terciptakan alam yang penuh dengan planet, termasuk manusia. Kita
berasal dari Zat-Nya. Manusia adalah manifestasi dari Tuhan.
Kita
kemudian memanggil alam ini sebagai alam yang REAL. Inilah REALITY menurut
science. Namun bila ini adalah alam Real, apakah anda mengatakan bahwa Tuhan
tidak Real? Di dalam Alquran, alam ini diebut ‘fana’ yang artinya ‘sementara’.
Yang kalau saya mengartikannya sebagai alam semu, atau tidak REAL. Alam ini
bukan REALITY yang hakiki. Jadi, apakah pemahaman kita ini terbalik?
Sesungguhnya yang REAL adalah Tuhan, sedangkan alam ini, Tidak Real. Real
hanyalah yang Singular. Polar bukanlah Real.
Pemahaman
reality yang seperti inilah yang banyak di singgung di kitab-kitab suci.
Ke-fana-an dunia yang disalah-artikan sebagai real telah mengecohkan manusia
dalam memandang ajaran-ajaran itu sebagai mistic, metafisik, spiritual, dan
segala bentuk yang tidak bisa dianalisa oleh perangkat science.
Namun dengan
pemahaman yang sebenarnya, bahwa alam inilah yang tidak real, maka sesungguhnya
science hanya mengamati sebuah ciptaan, tanpa bisa mengerti sang Pencipta.
Dengan kata lain, apabila science ingin mempelajari kebenaran yang hakiki, maka
ia harus memperkaya pemahamannya terhadap alam ini yang tidak hanya bisa
dipelajari oleh partikel-partikel materi, namun juga dari sesuatu yang lain,
sesuatu yang selama ini dianggap metafisik, mistis, dan spiritual.
Kemana
science harus mencari?
Bila manusia
diciptakan dari zat-Nya, maka pertanyaan itu sangat tepat bila dibalikkan ke
diri manusia sendiri. Manusia adalah manifestasi dari Tuhan. Dan sudah menjadi
sifat dasar, atau dorongan naluri manusia untuk mencari Tuhan di balik jasad
ini, meng-explore seluruh kemampuan ‘mind’ dan bentuk dasar kesadaran.
Albert
Einstein pernah berkata, “di masa depan, akan ada agama baru yang berupa cosmic
religion”. Satu agama yang benar-benar mengerti reality yang sesungguhnya dan
melihat manusia sebagai manifestasi dari Tuhan. Tubuh kita adalah sebuah kuil,
sebuah kuil, rumah bagi Tuhan yang tinggal di dalamnya. Carilah Tuhan di dalam
dirimu.
The God Theory
Saya rasa
manusia sudah cukup berani untuk mengungkapkan teori-teori fisika mereka tanpa
harus dirudung rasa takut dibakar hidup-hidup seperti beberapa abad yang lalu.
Dengan kedewasaan berpikir ini, maka ilmuwan fisika teoretis serta para
cosmologist sudah berani mengajukan teorinya kepada dunia, seperti braneworlds,
zero-brain, cyclic universe, dll. Teori-toeri ini tentunya semakin sulit untuk
dibuktikan atau bahkan mungkin tidak akan bisa dibuktikan sama sekali. Yang
mampu ditawarkan hanyalah ‘apakah anda percaya atau tidak’. Dan satu-satunya
cara untuk mengujinya adalah dengan pendekatan logika.
Alam yang
sangat sempurna ini hanya mungkin ada bila ada yang menciptakannya. Sebentuk
Entity yang Maha Cerdas dan Kuasa. Ia adalah Potensi Yang Maha Tak Berhingga.
Lalu untuk apa Sang Entitiy dengan Potensi Yang Yak Berhingga menciptakan alam
ini? Jawabanya mungkin adalah untuk merubah potensi menjadi pengalaman (To turn
potential into experience).
Coba bayangkan
anda seorang programmer yang sangat pintar, anda mampu membuat game simulasi
komputer. Anda adalah potensi. Lalu apa yang akan anda lakukan dengan potensi
anda itu setelah membuat game tersebut? Secara logis anda akan memainkannya.
Anda akan menjadi karakter di dalam game anda dan mengalami sendiri bermain
dalam game simulasi yang anda buat itu!
Bagaimana
mencari tau apakah ide ini benar? Saya tawarkan kepada pembaca untuk mencari
bukti-bukti di literatur agama masing-masing apakah pernah tertulis sebuah
kalimat yang menyatakan kebenaran ide ini. Baik itu berupa kiasan sekalipun.
Kali ini Fisika mungkin tidak dapat membuktikannya. Saya merasa inilah batas
akhir ilmu pengetahuan yang ada di alam ini. Kita perlu perangkat baru yang
bisa menjamah realm di luar alam ini. Graviton mungkin mampu membuktikan adanya
dimensi extra yang di-teorikan M-Theory, namun graviton tidak bisa membawa
manusia kepada zero-brane maupun juga partikel tanpa property.
Ini adalah
sebuah ide atau pemikiran yang sangat menarik dan mungkin termasuk baru. Jika
benar bahwa Tuhan menciptakan alam ini agar "Ia" bisa ber-experience
melalui manusia -- tujuan manusia di alam ini adalah untuk ber-experience, maka
pertanyaan selanjutnya adalah 'Apa sajakah experience yang diinginkan-Nya untuk
kita jalani?'.
Zero-Point Field
Fisika telah sering menyinggung bahwa tidak ada ruang yang bisa
benar-benar dalam keadaan kosong atau vacuum. Setiap titik ruang ini terpenuhi
oleh quantum fluctuation. Partikel yang muncul dan saling meniadakan tanpa
henti di setiap titik ruang di alam semesta. Apa sebenarnya ini? Dari mana
mereka berasal? Mungkinkah partikel muncul dari ketiadaan seperti itu? Nyatanya
memang demikian.
Fisika
berteori bahwa partikel-partikel itu adalah partikel zero atau Zero-Point
Particle, tak bermasa, dan tersebar merata bagai sebuah grid atau matrix alam
semesta, Zero-Point Field (ZPF).
Bernard
Haisch menjelaskan bahwa ZPF inilah yang menjadi alasan sebenarnya mengapa
materi memiliki massa.
Sedikit
membahas tentang massa. Massa adalah sebuah teka-teki di dalam ilmu Fisika.
Sampai kini kita tidak tau dari mana massa itu berasal? Apakah massa suatu atom
adalah sama dengan banyaknya jumlah electron? Kalau begitu dari mana massa
electron itu sendiri?
Ilmuwan
kemudian menerima sebuah theory bahwa massa diwakili oleh sebuah partikel yang
dinamakan partikel Higgs. Jadi, massa suatu partikel ditentukan dari seberapa
banyak jumlah partikel Higgs yang menyelimuti partikel itu. Anda bisa bayangkan
sebuah partikel yang diselimuti kabut Higss. Kalau demikian, bagaimana dengan
massa dari partikel Higgs itu sendiri?
Massa yang
diwakili oleh partikel Higgs ini (walaupaun terdengar sangat aneh) sedang
dibuktikan keberadaannya di laboratorium milik CERN, Large Hadron Collider
(LHC), dengan menumbukkan dua buah partikel materi yang dari ledakan yang
terjadi diharapkan adanya serpihan partikel Higgs.
Ilmuwan lain
mengemukakan teori bahwa massa sebenarnya adalah sebuah efek yang dihasilkan
dari ikatan partikel materi terhadap ZPF. Sehingga massa suatu partikel
ditentukan dari ikatan yang terjadi antara partikel itu dengan Zero-Point
Field. Theory ini sangat konsisten dengan String/M-Theory. Bahwa setiap
partikel adalah sebuah string yang bergetar. Tidak hanya bergetar, ia juga
harus tertambat (kedua-ujungnya) pada sebuah membrane yang membentuk rupa dan
dimensi alam semesta ini. Membrane ini adalah ZPF.
Kondisi ini
juga cocok untuk menjelaskan mengapa partikel Graviton ber-massa NOL. Graviton
adalah partikel pembawa efek gravitasi yang berupa string tertutup (Closed-loop
string). Kedua ujung string graviton saling bertautan sehingga ia tidak
memiliki ujung untuk bisa tertambat ke membrane/ZPF. Tidak adanya ikatan ke ZPF
- maka graviton tidak memiliki massa.
Dengan
demikian pula, maka sama halnya dengan partikel cahaya, yaitu photon. Photon
ber-massa NOL. Sangat mungkin sekali bahwa photon juga termasuk partikel dengan
string tertutup dan tidak memiliki ikatan dengan ZPF.
God is SINGULAR, And So are We
Apa tujuan
kita di dunia ini? Apa tujuan Tuhan menciptakan manusia?
Mungkin
pertanyaan itu baru bisa dijawab bila kita menggali lebih dalam potensi Tuhan
di dalam diri kita.
Dari yang
singular terciptakan polarity yang kemudian menjadi mahluk yang tak hingga
jumlahnya di dalam sebuah alam. Bayangkan tubuh kita yang satu ini terdiri dari
jutaan bahkan milyaran jumlah sel. Setiap sel punya perilaku, tugas
masing-masing. Namun seluruh sel itu secara bersamaan mempunyai satu tujuan
yang sama yaitu untuk membuat tubuh ini hidup.
Noetic
science mempunyai pendapat bahwa 'jiwa' dan 'pikiran' adalah entity yang
terhitung. Dapat di analisa dan dipelajari. 'the mind' yang dihasilkan dari
tubuh kita ini adalah berupa partikel yang memiliki massa. Memiliki massa
berarti terdapat ikatan antara 'mind' kita dengan Zero-Point Field (ZPF).
Seperti yang
disinggung di atas, bahwa ZPF adalah sebuah field yang mengisi penuh alam
semesta ini. Sebuah kesatuan. Sebuah membrane. Dengan adanya ikatan antara
'mind' setiap individu manusia dengan ZPF, maka ini berarti setiap manusia
saling berhubungan. Selain itu, human mind juga memiliki hubungan dengan
partikel lain. 'Human Mind' bisa mempengaruhi kondisi setiap partikel di alam
ini.
Mohon dibaca baik-baik tulisan ini.
Kenyataan di
atas menjelaskan banyak hal. Inilah bagaimana suasana hati seseorang bisa
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Hasil percobaan laboratorium terhadap
air membuktikan bahwa dengan memberikan pikiran 'senang', air membentuk kristal
dalam bentuk khusus ketika ia dibekukan. Lain pula bentuk kristal air yang
terbentuk ketika ia diberikan pikiran negative, seperti marah, benci, dll.
Inilah juga
mengapa terdapat jenis pengobatan alternatif di bumi ini, seorang mampu
mengobati orang yang sakit hanya dengan sentuhan tangan, atau bahkan dari jarak
jauh.
Pikiran
manusia dapat mempengaruhi materi. Merubah materi. Banyak peristiwa di kitab
suci yang menceritakan bagaiman seorang nabi mampu berbuat mukjizat. Mukjizat
adalah sebuah kata kiasan. Mukjizat adalah manifestasi dari potensi Tuhan di
dalam diri manusia, yang membuat manusia memiliki 'God-Like power'.
Kemudian,
oleh karena setiap pikiran manusia berhubungan satu sama lain, apa yang terjadi
bila kumpulan manusia melakukan konsentrasi memikirkan satu hal yang sama?
Bagaimana bila seluruh manusia di bumi melakukannya?
Ini juga
menjelaskan science dibalik 'The Law Of Attraction" dalam buku 'The
Secret' oleh Rhonda Byrne. Keinginan kuat dapat mempengaruhi hasil yang
didapat. Suatu niat yang kuat dapat menarik perilaku alam ini untuk mewujudkan
niat itu.
Allah
berfirman, "Tidak akan berubah nasib suatu kaum bila kaum itu tidak
merubahnya sendiri".
Anda pasti
sering mendengar perkataan, "Manusia merencanakan, Tuhan menentukan".
Satement ini sangat bertentangan dengan firman Tuhan di atas. Sangat jelas
bahwa manusia mampu merubah kondisinya, bahkan merubah materi disekelilingnya.
Tuhan telah menyebutkannya di dalam kitab suci. Manusia mencoba mengartikannya,
namun entah bagaimana sepertinya selalu keliru.
Manusia
adalah sel kehidupan dari Zat Yang Maha Besar. Manusia adalah satu system. We
are united. We are One as Singular, Singular as God-self.
Ketika
engkau berdoa dengan khusyuk, anda menemukan Tuhan di dalam dirimu. Engkaulah
sang Pencipta. Engkaulah Brahma. Engkaulah Tuhan, dan Tuhan selalu tau yang
terbaik. When you embark as being God, nothing else in nature is relevant,
becasue there is no polarity, only Singular. You are God.
Bacalah.
Bacalah kitabmu dalam artinya yang sebenarnya. Singkirkan bungkusnya, jangan
terkecohkan dengan kiasan atau perlambangan di dalamnya. Hanya mereka yang
benar-benar mau berpikir, terbuka dan bebas dari segala doktrin dan dogma yang
bisa menemukannya.
This is not
Sufism, this is not Kabalism, not Hinduism, this is science. An ancient science
being rediscovered.
0 comments:
Posting Komentar