Membangun karakter dan merencanakan realita kehidupan adalah fokus
dari program level 5 saya. Ada banyak sekali kejadian dalam hidup yang
terpikirkan oleh kita. Tapi sayangnya, lebih banyak yang terpikir daripada yang
terjadi. Lebih banyak yang hanya asumsi kita saja dibandingkan yang benar benar
terjadi.
Seperti kita ketahui, pikiran
kita selalu bekerja, tanpa pernah berhenti, walaupun kita tidur sekalipun.
Sebenarnya inilah awal dari proses membangun
karakter, jika kita berpikir negatif, maka karakter kita cenderung menjadi
negatif. Realita kehidupan kitapun menjadi negatif. Seperti yang saya ceritakan
di artikel artikel sebelumnya, misalnya artikel : Penyebab
terjadinya masalah dalam kehidupan .
Banyak masalah yang terjadi dalam
kehidupan kita yang sebenarnya terjadi karena asumsi negatif kita saja. Dan ada
banyak yang sebenarnya juga tidak terjadi. Begitulah proses kerja pikiran.
Pikiran bertugas untuk memproses segala input informasi yang masuk melalui
panca indera. Nah pikiran kita bekerja dengan pola yang sesungguhnya muncul
karena kebiasaan kita. Jika kita terbiasa menuruti asumsi negatif maka input
informasi yang masuk setelahnya akan terbiasa kita kelola berdasarkan hal
tersebut. Beginilah realita kehidupan kita tercipta.
Program level 5 adalah sebuah
program yang saya buat untuk bisa merencanakan jalannya hidup, bagaimana
realita bisa tercipta karena perencanaan yang kita buat, bagaimana kita bisa
menata pikiran dan hati dengan baik. Menata pikiran dan hati ini bukan hanya
sebuah jargon atau teori saja, melainkan harus dilakukan secara nyata setiap
harinya. Bukan sebuah tugas yang mudah bagi yang tidak memiliki perencanaan
yang tepat dan terukur.
Terkadang yang membuat berat
membangun karakter adalah kurangnya kesadaran. Kesadaran ini tidak bisa
dilakukan hanya dengan memberikan masukan atau input teori teori belaka, tapi
juga harus dilakukan secara nyata. Kesadaran adalah sebuah kondisi dimana
pikiran – hati/jiwa – ruhani bisa terhubung secara langsung. Ada sebuah frekuensi yang menghubungkan antara
setiap bagian tersbeut, sehingga pikiran tidak lagi hanya mendapatkan input
informasi dari panca indera belaka, melainkan dari bagian hati/jiwa dan ruhani.
Inilah pencerahan.
Seringkali yang terjadi adalah
hubungan antara ke 3 bagian tersebut tidak konstan, tidak bisa selalu terjadi,
salah satu sebabnya adalah timbunan energi negatif. Energi negatif ini muncul
dari berbagai aktifitas yang dinyatakan negatif oleh pikiran.
Banyak yang tidak setuju, bahwa
realita kehidupan tidak bisa direncanakan. Tapi, marilah kita lihat hidup kita
saat ini, hidup kita saat ini adalah hasil dari apa yang kita kerjakan di saat
yang lalu, baik itu aktifitas berpikir ataupun tindakan nyata lainnya. Saya
yakin bahwa kehidupan kita semua ini, sangatlah baik dan terencana, tidak
random, mengacak. Jika kita membiarkan
hidup kita mengalir apa adanya tanpa adanya perencanaan yang yang jelas maka
kita akan melahirkan ketenangan sesaat dengan ketidakpastian di masa yang akan
datang. Tapi jika kita membiasakan diri untuk merencanakan kehidupan maka kita juga
akan memperoleh ketenangan karena kejelasan peta hidup di setiap harinya,
setiap bulannya, setiap tahunnya. Keduanya menghadapai ketidak pastian, namun pilihan
kedua ( hidup dengan perencanaan ) telah “menanam” sesuatu yang secara logika
dapat diperkirakan hasilnya di masa depan. Sama-sama tidak ada beban. Pilihan
pertama mengalir tapi tanpa pengharapan, sedangkan pilihan kedua memiliki
proyeksi masa depan, proyeksi mengenai bagaimana realita kehidupan bisa
terjadi.
Mereka yang terbiasa merencanakan
kehidupan biasanya akan memiliki karakter yang rapi dan juga terencana. Beberapa
klien saya, bukan hanya klien saya saja. Saya saja, pada saat bangun tidur akan
emrasakan kegalauan yang luar biasa bila saya tidak tau harus mengerjakan apa
di hari tersebut. Banyak diantara klien saya yang galau, dan bingung akan
melakukan apa di hari tersbeut. Okelah, masuk akal jika klien saya tersebut
merupakan pengangguran. Tapi banyak juga diantara mereka yang seorang profesional
bekerja di sebuah instansi atau perusahaan tertentu.
Tapi kenapa mereka masih saja galau?
Seolah tidak tau apa yang harus dikerjakan, padahal mereka setiap harinya
bekerja. Ini bisa terjadi karena mereka mengalami kebimbangan dalam pekerjaannya,
bisa saja mereka sedang ada masalah ditempatnya bekerja. Bisa juga ada masalah
keluarga atau masalah lain yang mengganggu. Tapi jika pekerjaan mereka tersebut
memang sebuah pekerjaan yang benar benar direncanakan sejak dahulu, maka mereka
tidak seharusnya galau mengenai pekerjaan. Mereka seharusnya tau apa yg harus
benar benar dikerjakan daam karirnya. Berarti mereka tidak punya perencanaan
dalam karirnya.
Nah membangun karakter, merencanakan realita ini adalah sebuah program
yang berupa perencanaan hidup berbasis ketenangan dan kedamaian dalam diri.
Jika ketenangan dan kedamaian diri bisa tercapai maka kita bisa mendapatkan
pencerahan, peningkatan kesadaran yang membuat kita bisa memilih. Memilih jalan
hidup kita, memilih untuk merencanakan hidup kita sendiri.
Hal ini juga sudah saya paparkan
dalam artikel say sebelumnya yang berjudul Membuat
rencana hidup berdasarkan hukum kompensasi
Kita belajar memilih keinginan,
kita memilih benda-benda, kita memilih orang-orang, dan kita belajar memilih
keadaan-keadaan.
Jika kita mau menelusuri, apapun
yang ada di dalam hidup kita saat ini dan apapun yang ada di sekitar kita, itu
adalah hasil dari pilihan kita sendiri. Kenyataan kehidupan adalah bangunan
yang kita tegakkan sendiri sejalan dengan perjalanan waktu.
Ketika kita memilih maka kita
telah menetapkan sesuatu dan mengabaikan yang lain. Kita menetapkan sesuatu
berdasarkan tingkat kepentingan hidup kita dan berdasarkan keinginan kita.
Semua itu kita lakukan setiap saat dan setiap waktu, dari momen ke momen hingga
sekarang.
Kita dengan sangat yakin akan
mengatakan bahwa kita telah memilih, jika realita hidup kita sedang
mencerminkan keberdayaan, kebahagiaan, atau keberhasilan. Kita akan mulai
meragukan diri kita sendiri, jika realita kehidupan sedang bergulir sebaliknya;
tak berdaya, tak berbahagia, atau dipenuhi dengan kegagalan. Kita lupa bahwa
tentang dua macam realita hidup itu kita sendirilah yang telah memilihnya.
Kita sebenarnya telah menciptakan
sendiri realita hidup kita. Hanya saja, kita mungkin lupa bahwa kita telah
mengembangkan sikap dan perilaku yang mendukung realita itu. Kita mungkin tidak
sadar bahwa telah melatih semua itu dengan tekun dari waktu ke waktu dengan
pola pikir dan pola rasa yang memang mengarahkannya ke sana. Kita perlu
menyadari bahwa diri kita bukan tidak mampu, melainkan terlanjur salah
menggunakan kemampuan. Kemampuan kita dalam menciptakan realita kehidupan ini
tidak kita sadari. Tergunakan secara tidak sadar.
Saya ingin menceritakan salah
satu klien saya yang sedang mencari jodoh. Sebenarnya klien saya ini sudah
mempunyai target, seorang wanita yang ingin dijadikannya sebagai istri. Untuk
mulai berusaha mendekati wanita ini si klien punya kebimbangan. Setelah saya
ajak bicara dan saya berikans ebuah metode untuk bisa memahami kebimbangannya
akhirnya si klien ini sadar. Dia bimbang karena tidak yakin berhasil. Kenapa
tidak yakin berhasil? Karena dia tidak tau apa yang harus dilakukan untuk
mewujudkan impiannya dalam menjadikan wanita tersebut istrinya. Kenapa tidak
tau apa yang harus dilakukan? Karena tidak punya rencana. Nah..akhirnya si
klien ini berusaha membuat action plan. Apa saja yang harus dikerjakan untuk
mewujudkan rencananya tersebut. Nah ketika ini sebenarnya dia mulai membangun karakter yang sangat berbeda
dibandingkan sebelumnya.
Karakter yang sebelumnya adalah
karakter yang tidak terencana, random/acak, sporadis dalam melakukan pendekatan
dengan wanita.
Ketika rencana sudah mulai dibuat,
dan secara konsisten dia berusaha untuk menjalankan rencananya tersebut, maka
sesungguhnya ini adalah sebuah usaha si
klien dalam melayakkan diri dalam menerima kebaikan dari Yang Maha Kuasa. Si
klien berusaha mencari tau seperti apa targetnya, seperti apa wanita pujaannya
tersbeut. Kemudian dengan informasi ini dia berusaha untuk mendekati wanita
tersebut.
Kemudian ketika rencana sudah mulai ada, maka si
klien juga bisa menggunakan kekuatan pikirannya. Dia akan tau apa yang harus
dipikirkan, disinilah kekuatan pikiran manusia akan bisa mulai bekerja. Anda
bisa membaca mengenai semua artikel saya yang berhubungan dengan : potensi kekuatan pikiran
manusia. Membangun karakter ini adalah sebuah modal untuk masa depan yang
terencana. Apa yang kita proyeksikan untuk masa depan kita? Atau hanya kita
biarkan masa depan tidak terencana ? Pilihannya ada pada anda sendiri.
0 comments:
Posting Komentar