Bagaimana jiwa dan rohani kita
tumbuh? Apakah benar lingkungan
menentukan perkembangan jiwa ? paparan berikut ini bisa sedikit
menjelaskan.
Dari
lintasan kehidupan,kemudian lahirlah bayi yang saat itu jiwanya masih murni.
Namun sebenarnya mengandung muatan genetik ( ini bisa berupa informasi yang
terkadang bisa di baca atau di recall kembali ) warisan
perbuatan leluhurnya. Warisan itu tersimpan rapi pada sub-sub lapisan jiwa:
5+6+7. ( anda bisa membaca mengenai anatomi dari jiwa ini pada artikel
saya sebelumnya : Pencerahan
Spiritual : Sebuah perjalanan kedalam diri manusia 2 menuju Bagian Jiwa ) Hal tersebut menjadi potensi jiwa yang berbeda-beda, satu saudara sekalipun. Faktanya. . .cap jempol tiap manusia tidak ada yang sama,juga
nasibnya. Lingkungan menentukan
perkembangan jiwa kita
Kualitas Roh ( dikenal juga dengan istilah jiwa atau dalam
bahasa inggris : soul ) yang masuk ke janin, sama persis kualitasnya dengan
janin. Roh yang masuk ke dalam badan dinamakan jiwa, jiwa ini bertanggung jawab
pada kehidupan selanjutnya. ( baca artikel : Apa
yang dimaksud dengan reinkarnasi ) Penting direnungkan,mengapa kita
dilahirkan di bumi ini ?. Jawaban atas pertanyaan ini, tidak disiarkan dan
dipahamkan oleh para leluhur/orang tua yg mengetahui. Generasi ke generasi tidak
mengetahui apa yg seharusnya dilakukan sewaktu hidup di bumi. Bukan tidak ada
pembahasan sama sekali, pastinya ada, tapi sayang pembahasan itu disampaikan
dalam bentuk kalimat kalimat yang artinya hanya tersirat, bukan tersurat yang
mudah dipahami. Sayangnya lagi, hal ini tidak dijelaskan secara gamblang bagi
yang sudah paham, tapi kembali lagi, dijelaskan secara tersirat. Jadi banyak
orang yang tidak bisa memahami apa yang seharusnya dilakukan pada kehidupan ini
secara gamblang. Ini karena metode yang digunakan oleh para penyampai informasi
ini masih berupa informasi yang tersirat ( ada makna dibalik kata dan kalimat ).
Bahkan
para orang tua terjebak dalam keduniawian yang sifatnya sementara. Kompetisi
terselubung keduniawian selama hidup di bumi membudaya. Jiwa dan pikiran dari semenjak kecil hingga dewasa terpola keduniawian.Sehingga pada
akhirnya ketika sudah tua, hal hal yang sifatnya melekat pada pola duniawi. Akhirnya mayoritas manusia yang hidup di lingkungan seperti ini,secara otomatis terbawa
arus. Akibatnya fungsi pikiran dan emosi sangat menonjol, HATI NURANI TERBLOKIR
atau TERHIJAB. ( dimanakah letaknya hati nurani ini ? Silahkan baca artikel
berikut ini : Pencerahan
Spiritual : Sebuah perjalanan kedalam diri manusia 3 menuju Bagian Ruhani )
.
Renungan
berikut ini berkaitan dengan tema utama yang berusaha saya paparkan yaitu :
Lingkungan menentukan perkembangan jiwa
Alkisah, ada seorang penebang
kayu.
Suatu hari dia kehilangan
kapaknya, sehingga dia tidak bisa bekerja. Dia mencurigai tetangganya yang
mencuri kapaknya.
Pagi itu ketika sang tetangga
berangkat & menutupi peralatan kerjanya dengan kain, rasanya kapaknya pasti
disembunyikan disana,
apalagi tetangga ini
senyumnya terasa tidak tulus.
Pasti dia pencurinya.
Besoknya, tetangganya bahkan
terasa jadi ramah berlebihan karena biasanya jarang menyapa, kali ini
menyempatkan berbasa-basi. Apalagi dilihat hasil tebangan kayunya dua hari ini
banyak sekali, pasti dia menebang menggunakan kapak curiannya.
Semakin dipikir semakin
yakin.
Pada hari ketiga baru
disadari ternyata kapaknya tersimpan di laci dapur. Istrinya yg sedang keluar
kota menyimpankan disana.
Senang benar hatinya karena
kapaknya dapat ditemukan kembali.
Dia amati lagi tetangganya
yang lewat, dan dia merasa tetangga ini tidak berkelakuan seperti pencuri &
senyumnya juga tulus-tulus saja. Bahkan percakapannya terasa sangat wajar dan
jujur.
Dia heran kenapa kemarin dia
melihat tetangganya seperti pencuri?
Persepsi membentuk kenyataan,
pikiran kita membentuk sudut
pandang kita.
Apa yang kita yakini akan
semakin terlihat oleh kita sebagai kenyataan.
Sebagai contoh, apapun yang
dilakukan orang yang kita cintai adalah baik dan benar. Anak nakal dianggap
lucu, kekasih pelit dianggap berhemat, orang cerewet dibilang perhatian, keras
kepala dibilang berprinsip & makanan tidak enak dibilang bergizi.
Hidup tidak pernah &
tidak ada yang adil, tidak ada benar salah, kita ciptakan sudut pandang kita
sendiri.
Kita menemukan apa yang kita
ingin temukan.
Apa yang terlihat bukan
kenyataan, kenyataan adalah siapa kita & bagaimana kita memandang semuanya
itu.
Pandangan kita berubah
mengikuti perubahan jaman & keadaan.
Segalanya mengalir dalam
dimensi ruang dan waktu.
Kesadaran adalah Kunci
Utamanya
Optimalisasi fungsi pikiran dan emosi membuahkan EGO yang
kuat, inilah DIRI PALSU. Hal ini menyebabkan cerminan masyarakat kita mengalami
KRISIS KETIDAK PEDULIAN secara universal. Masyarakat terkotak-kotak dalam Ego
kelompok, Ego Agama, Ego politik, Ego budaya.dll. Jiwa manusia yg lahir di
LINGKUNGAN ini,terkungkung dalam KESADARAN FISIK. Perbuatannya penuh pamrih, rawan
kemerosotan moral, jauh dari kematangan jiwa. Jika kita ada dalam lingkungan
seperti ini, maka langkiah yang harus dilakukan adalah : Tingkatkan level
kesadaran diri, masuk dalam kondisi jiwa tenang. Ingatlah bahwa Lingkungan menentukan perkembangan jiwa
Lingkungan di tanah air kita ini sudah tidak kondusif
untuk proses EVOLUSI kematangan jiwa. Solusinya harus dimulai dari diri kita
sendiri, agar tidak terpengaruh lingkungan. Tingkat kesadaran kita harus
melampaui DIRI PALSU ( jiwa lapis 5+6+7), setidaknya pada jiwa tenang. Energi
kesadaran * efektif untuk meningkatkan level kesadaran anda secara
Revolusioner. Pada level kesadaran jiwa bijak, tau apa yg seharusnya diperbuat
di bumi untuk mencapai tujuan hidup hakiki. Sadarlah… ada banyak konsekuensi
bagi kita jika ingin melepaskan diri dari tatanan sosial, dari komunitas sosial
dan lain sebagainya. Walaupun kita paham bahwa lingkungan
menentukan perkembangan jiwa tapi kita tidak begitu saja bisa
lepas dari lingkungan kita saat ini. Salah satu cara yang paling tepat adalah masuk
ke dalam kesadaran tuhan yang ada di dalam diri kita, tersambung dengan percikan
cahaya tuhan yang ada di dalam diri kita.
0 comments:
Posting Komentar