Jiwa tenang
adalah salah satu bagian dari jiwa, ada 7 lapisan kesadaran yang ada di dalam
jiwa kita, pada posisi jiwa inilah kesadaran Tuhan akan lebih mudah diraih,
akan lebih banyak informasi yang datang dari Tuhan, ada lebih banyak bimbingan
yang membuat kita lebih mudah menjalan kehidupan.
Kesadaran Tuhan adalah sebuah sistem yang aktif manakala
kita bisa terhubung dengan bagian Percikan Cahaya Tuhan di dalam diri kita
sendiri. Jika kesadaran logika adalah saat dimana pikiran kita aktif, maka God
Consciousnes adalah saat dimana Percikan Cahaya Tuhan di dalam diri kita aktif.
Kondisi tenang adalah sebuah cara berkomunikasi dengan Tuhan
Yang maha Segalanya, yang mempersiapkan cara atau metode bagi kita sebagai
mahluknya untuk bisa berkomunikasi denganNya.
Untuk informasi, lapisan lapisan kesadaran yang ada di dalam
diri kita dimulai dari bagian yang paling luar, adalah
(1). Kesadaran logika(2). Kesadaran Jiwa Keinginan
(3). Kesadaran Jiwa Amarah
(4). Kesadaran Jiwa Ego
(5). Kesadaran Jiwa Tenang
(6). Kesadaran Jiwa Bijak
(7). Kesadaran Jiwa Murni
(8). Kesadaran Jiwa Suci
(9). Kesadaran Ruh ( ada 3
lapisan, inilah letak lapisan Kesadaran Tuhan )Bagian, atau lapisan nomer 2 sampai nomer 4 saya sebut sebagai
Diri Palsu. Sedangkan nomer 6 sampai nomer 8 saya sebut sebagai Diri Sejati.
Kali ini saya akan mencoba sharing mengenai kemelekatan, artikel
ini sekaligus catatan bagi diri saya sendiri.
Kemelekatan adalah sebuah produk yang muncul dari aktifnya
Diri Palsu ( lapisan kesadaran jiwa ego, lapisan kesadaran jiwa amarah dan
lapisan kesadaran jiwa keinginan ) sebagai manusia, yang katanya paling sempurna
dibanding mahluk lain, karena memiliki Diri Palsu. Jika diri palsu ini diatur dengan
baik, maka diri palsu ini juga ada gunanya.
Cobalah masuk ke dalam kondisi kesadaran jiwa tenang, mulailah
dari mencari kondisi fisik yang rileks,..amati suasana yang ada, atur
nafas,...ucapkan rileks..tenang..damai.. jika anda sudah mengikuti program
saya, maka anda tentu sudah pernah melatih metode rileksasi energi, dipadu
dengan terapi jarak jauh pembersihan energi negatif, maka hasilnya akan membuat
anda bisa lebih cepat masuk ke dalam kondisi tenang. Dalam kesadaran jiwa
tenang, kita akan lebih bisa menyadari Diri Palsu, serta logika ataupun asumsi.
Letak kemelekatan adalah pada Diri Palsu, pada jwa ego, jiwa
amarah dan jiwa keinginan. Bolehkah diri kita memiliki kemelekatan? Kalau kesadaran
kita masih ada pada kesadaran logika yang masih memiliki dualitas, maka jawabannya
bisa boleh dan tidak. Tapi jika kesadaran kita minimal ada pada kesadaran tenang,
atau lebih baik lagi pada kesadaran Tuhan. Maka kemelekatan adalah sebuah
sarana atau alat untuk mencapai sebuah tujuan.
Kita harus mengenali apa sih kemelekatan itu, kemudian lepaskanlah
kemelekatan tersebut. Pada saat itulah
Anda mewujudkan ketidakmelekatan. Akan tetapi, jika Anda berpandangan bahwa
Anda tidak boleh melekat pada sesuatu, maka Anda belumlah terbebas dari
kemelekatan. Intinya adalah bukan menentang kemelekatan seakan-akan ada sebuah
hukum tertentu yang melarangnya; intinya adalah mengamati, menyadari, dan
memutukan,
Kita lalu bertanya, “Apa sebenarnya kemelekatan itu ?”
Baca juga artikel yang berkaitan :
Apakah kemelekatan terhadap sesuatu membawa kebahagiaan atau
malah penderitaan?” Barulah kita mulai memperoleh pemahaman. Kita mulai
mengerti apa kemelekatan itu, dan akhirnya kita bisa melepaskan diri dari
kemelekatan.
Jika Anda langsung melihat dengan sudut pandang bahwa Anda
tidak boleh melekat pada apapun maka Anda akhirnya akan berpikiran demikian,
“Saya tidak bisa menjadi manusia yang lebih baik karena saya mencintai istri
saya, karena saya terikat padanya. Saya mencintainya, dan saya tidak bisa
melepaskannya. Saya tidak mungkin menyuruhnya pergi begitu saja.”
Pikiran-pikiran seperti itu berasal dari pandangan bahwa
Anda tidak boleh melekat. Memahami kemelekatan bukan berarti Anda harus menjauh
dari istri Anda. Hal ini sebenarnya berarti Anda membebaskan diri Anda dari
pandangan salah tentang diri Anda dan istri Anda. Lalu Anda akan menemukan
adanya kasih di sana, tetapi tidak ada kemelekatan. Kasih yang tidak tercemari,
tidak melekat, dan tidak berusaha memiliki. Pikiran yang kosong benar-benar
bisa mempedulikan orang lain dan mengasihi dengan makna kasih yang sejati.
Tetapi, adanya kemelekatan akan selalu mencemarinya.
Jika Anda mengasihi seseorang dan mulai berusaha memiliki,
keadaan akan menjadi rumit; selanjutnya, apa yang Anda kasihi menyebabkan Anda
menderita.
Bagaimana lagi jika soal ketuhanan, apakah boleh ada
kemelekatan? Bagaimana kita menghadapinya dengan jiwa tenang?
Lebih sering yang dibahasa di khalayak umum adalah mengenai
kemelekatan kita pada hal hal duniawi, misalnya saja harta, benda, karir,
jabatan, usaha, hutang, piutang, keluarga, dll. Termasuk pada trauma,
kesedihan, kesulitan, ketakutan, kebanggaan, kebahagiaan, bahkan pada hidup.
Kemelekatan kita pada hal hal tersebut adalah awal mula dari
munculnya masalah, awal mula terjadinya bencana, inilah yang membuat hidup kita
dihiasi penderitaan.
Jika kita berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan ( aktifnya
secara berlebih jiwa keinginan ditambah jiwa ego serta jiwa amarah ) kita tentunya
menjadi bahagia, bahagia yang tak tekontrol membuat kita memiliki kemelekatan
yang semakin mendalam. Dan karena kita sering lupa, atau jarang melatih diri,
atau bahkan tidak pernah paham mengenai kesadaran jiwa tenang, maka kita sering
tak sadar dengan kemelekatan yang hadir.
Oleh karenanya kita selalu diingatkan untuk bersyukur, tidak
riya, tidak sombong, tidak tinggi hati, tidak lupa akan orang lain. Dan kita
diingatkan untuk bersedekah, berbagi, memiliki hati yang ringan untuk membantu
sesama dan alam ini. Sesungguhnya peringatan itu bertujuan agar kita tidak
melekat pada apa yang sudah kita capai.
Seberapapun beruntungnya kehidupan kita, rizki lancar, karir
menanjak, keluarga sehat, semua harta benda yang diinginkan mulai hadir membuat
hidup berkecukupan, akhirnya mulai masuk golongan sejahtera, ingatlah ini
adalah jebakan dari kehidupan dunia.
Cepatlah masuk ke dalam kesadaran jiwa tenang sehingga bisa
cepat memahami dan mengatur kemelekatan yang muncul. Aturlah dulu Diri Palsu,
setelah itu kemelekatan menjadi relatif mudah dikendalikan
Begitupula dengan mereka yang sekarang sedanng banyak
mengalami kesialan hidup, sedang merasa susah, kekurangan, tertatih, terseok,
merasa rendah diri, kalah, kecewa, sakit, semua ini juga bentuk kemelekatan
keduniawian.
Kerja diri palsu ini sangat halus, tidak kentara, aktifnya
jiwa ego membuat kemelekatan hadir, jiwa ego selalu menuntut status,
indentitas, dan pengakuan keberadaan diri di tengah masyarakat dan hidup.
Perjalanan spiritual kita akhirnya tersendat, walaupun sudah
sampai pada kesadaran Tuhan pun kemelekatan akan selalu hadir, menghambat kita
dalam memahami kehendak Tuhan
Kemelekatan bagai rantai yang membelenggu. Sebelum rantai ini
putus, perjalanan spiritual kita dalam memahami
Tuhan akan menjadi lebih panjang.
Baca juga artikel yang berkaitan :
Pada akhirnya rantai tersebut akan juga menjadi sebuah
tahapan pelajaran yang harus dilalui.
Semua yang belajar spiritual, semua yang berusaha lebih
memahami Tuhan, semua yang bersuaha lebih menajalankan kehendak Tuhan akan
mengalami tahapan ini, apapun caranya, apapun kejadiannya, baik itu masalah,
baik itu proses pembersihan dosa dan energi, baik itu pertaubatan, semua....
Kapan kita bisa melampaui kemelekatan ini?
Apa tandanya? Adalah saat kita siap kehilangan semua
pencapaian duniawi kapan saja, saat kita memahami bahwa semua pencapaian kita
adalah kemelakatan, saat kita memahami semua adalah milik Tuhan, dan kita siap kembali
pada Tuhan, saat ini.....
Peristiwa itu adalah peristiwa sangat penting. Pintu
mukjizat terbuka, kita akan lebih mengenal diri kita sendiri dan seperti apa Tuhan
yang hakiki. Saat itu tiba Curahan energi Tuhan membanjiri. Energi yang membawa
sifat dan identitas Tuhan, semua yangd ari Tuhan, semua yang tak ada
batasnya....
Apakah itu cinta, apakah itu kasih, apakah itu sayang,
apakah itu pemahaman, semua...you name it,...semua...
Kondisi Memahami informasi dari Tuhan ini membikin kita
mabuk, seolah menjadi candu
Diri kita tenggelam dalam kondisi mabuk dan kecanduan yang
amat sangat,... lebih dari candu duniawi.
Ucapan syukur terlantun dari diri kita..
Ah luarbiasa...
Inikah tingkatan tertinggi yang bisa kita dapatkan di
hadapan Tuhan
Benarkah?
Saat itulah ketenangan seolah tak mampu membendung aktifnya
jiwa ego dan perangkatnya ( Diri Palsu ini bekerja bersamaan, bekerja sama
selalu )
Jiwa ego melegalisasi energi yang mendatangkan kondisi kemelekatan
Jiwa Ego, Jiwa Amarah dan Jiwa Keinginan menawarkan hal hal
yang memabukkan...lembut,...tak terasakan...tanpa disadari kemelekatan hadir..
Hadirlah diri kita ini yang seolah adalah versi Tangan
Tuhan, versi LightWorker , versi pekerja cahaya – yang membagikan, meneruskan
percikan cahaya Tuhan ke sekitar, ke seluruh alam semesta...
Kitalah marketingnya Tuhan, kita promosikan kebaikan Tuhan kemana
mana, kita yang berusaha memahamkan orang soal Tuhan.....
Kita menjadi seolah olah ( bisa saja ini benar asalkan pada
saat itu kita ada pada kesadaran jiwa
tenang ) mempunyai tugas dan misi khusus memabawa orang lain kepada Tuhan,
membuat orang lain menjadi seperti kita...... berusaha agar yang lain bisa
merasakan apa yang kita rasakan( Ego oooh Ego.......)
Jiwa keinginan pun aktif melampaui jiwa tenang, akhirnya
kita menjadi lebih ingin, membuat ini menjadi lebih dikenal orang lain lagi, ke
lebih banyak tempat dibumi ini,..... ( terus saja,..terus saja keinginan ini
memabukkan kita....)
Tanpa sadar kita menjadi dikenal dan menjadi panutan orang,
makin lama makin banyak orang yang menjadi follower kita.....
Makin banyak kita "seolah olah" membantu orang lain,...
Tak apa, ini bagus...
Tapi coba cek lagi,..sudahkah jiwa tenang hadir disana...cek
lagi, siapa yang kita dengar dalam doa kita, benarkah itu petunjuk dari Tuhan,
ataukah itu dari ego, amarah dan keinginan?
Loh, bukannya semua dari Tuhan? Bukannya semua ini skenario
Tuhan? Bukannya baik dan buruknya kita adalah dari Tuhan juga?
Tiba tiba.......
Ssstt.....saya beri tau kan padamu,..
pemahaman itu muncul tiba
tiba...
Kamu sedang mabuk Tuhan,
Kamu sedang mengalami euforia terhadap kedekatan dan
pemahaman atas Tuhan
Dan......itu juga kemelekatan loh....
...Hah...
.............................................................
Bukan....bukan....
Ini hal yang baik....
Teruslah melangkah..teruskan saja
Kolaborasi Trio Duniawi
- Jiwa Ego, Jiwa Amarah, Jiwa Keinginan menjadi pembimbing kita...
( seandainya saja pelajaran mengenai jiwa tenang saat itu
bisa kita ingat lagi, bisa kita latih lagi dari awal,...ah seandaianya... )
......
Sampai pada suatu saat kita sadar, kesadaran jiwa tenang lebih
aktif dan kita mulai mencari lagi yang sejati
...mana Tuhan...mana....
Perasaan kosong hadir...
Hampa....Senyap...Kosong...
Kok ga ada lagi Dia disana...
Kenapa ini....
Essai ini bersambung ke bagian ke 2, baca sambungannya di :
Alhamdulillah... terima kasih atas pencerahan ini. Sungguh Sy benar2 terbuka pikirannya tentang apa itu kemelekatan + timbul byk ide2 utk mengendalikannya. Terima kasih atas penjelasan ini.
BalasHapus