Bagaimana cara menjadi spiritual sepanjang waktu?
Bagaimana cara menjadi spiritualis yang bisa menerapkan prinsip prinsip keTuhanan
dalam setiap aktifitas yang kita lakukan setiap harinya? Apakah benar ilmu
spiritual yang kita pelajari membawa kita terhubung secara langsung kepada
Percikan Cahaya Tuhan di dalam diri? Sehingga kita bisa secara interaktif
berkomunikasi denganNya?
Kita adalah makhluk spiritual
yang memiliki pengalaman fisik. Idealnya, bisa juga dikatakan bahwa kita adalah
makhluk fisik yang memiliki pengalaman spiritual, karena itulah tidak boleh ada
garis pemisah di dalam diri kita. Kita tak boleh memisahkan setiap aktifitas
kita, aktifitas yang berhubungan dengan spiritual dan keduniawian, kita harus
menjadikan semuanya sebagai satu kesatuan yang utuh, agar kita selalu bisa
mempunyai pengalaman spiritual. Menjadi
spiritual dalam keseharian adalah
sebuah kewajiban. Menjaga kesadaran, adalah sebuah hal yang harus selalu
dilakukan
.
Baca artikel : Kesadaran
diri dalam permainan Tuhan
Berapa banyak di antara kita yang
bisa dengan jujur mengatakan bahwa hidup kita ini merupakan kumpulan dari pengalaman
spiritual yang terus berlanjut? Pertanyaan seperti itu dimaksudkan untuk
membantu kita melihat pengalaman yang kita dapatkan dari perspektif yang
berbeda dan lebih tinggi. Dengan transformasi kesadaran maka merubah perspektif
akan bisa dilakukan dengan lebih efektif.
Menjadi spiritual bukan pekerjaan
paruh waktu, renungan atau hobi – bukan hanya ketika kita sempat, dalam waktu singkat
di suatu hari ketika kita mengirim pikiran secara tergesa-gesa kepada Sistem
Tuhan, sebelum kembali lagi ke kesibukan yang biasa kita lakukan.
Karena pemahaman yang tidak
tepat, maka kita memilah milah antara kehidupan spiritual dengan kehidupan
duniawi. Kita hanya beberapa waktu saja kembali ke Tuhan, dan selebihnya kita
kembali ke kehidupan duniawi, atau....hanya satu – dua hari saja ( atau hanya
pada satu hari yang dianggap istimewa saja ) dalam seminggu saja, selebihnya
full time mengurus duniawi..
Baca artikel : Keberuntungan
dan kesialan
Apakah kita hidup sebagai makhluk spiritual
Anda? Apakah kita sudah bisa berkomunikasi dengan Tuhan melalui jiwa kita
dengan intensif setiap waktunya? Menjadi spiritual adalah menikmati setiap
momen yang kita dapatkan bersama Tuhan, tapi tentunya untuk itu, kita harus
terhubung lebih dahulu dengan Tuhan yang ada di dalam diri kita. Kita kenal dan
berkomunikasi dengannya, agar makin lama
kita akan menjadi makin paham akan kehendakNya.
Karena pemahaman yang salah
kaprah mengenai Dunia spiritual maka kita hanya mengambil sebagian kecil saja
dari waktu kita untuk menjadi mahluk spiritual, sleebihnya kita kembali lagi
terjebak dengan realita kehidupan yang sebenarnya adalah proyeksi dari pikiran
dan jiwa kita. Kecilnya persentase kehidupan kita sebagai mahluk spiritual,
diakibatkan pemisahan antara kehidupan dunia dan spiritual, padahal......kita
tak pernah berhenti terhubung dengan Tuhan, seharusnya...kita selalu
berkomunikasi dengannya. Siapakah yang
membuat kita memisah misahkan antara kehidupan dunia dan spiritual?
Tidak menjadi spiritual sepanjang
waktulah yang mengakibatkan seringkali munculnya penyakit penyakit jiwa yang
membuat munculnya penyakit sosial.
Jiwa ego, jiwa amarah dan jiwa
keinginan yang tak terkendali mengakibatkan banyak manusia menjadi raja tega, emosi kebencian, dendam, kepahitan,
antagonisme, dan lebih banyak lagi penyakit yang muncul dari dalam diri
terproyeksikan menjadi realita kehidupan yang buruk, yang menyebar ke penjuru
bumi.
Baca artikel : Kesadaran
Diri Palsu buat manusia lebih buas dari Binatang
Mari menjadi spiritual sepanjang waktu karena itu adalah sifat sejati kita.
Jadikan kehidupan ini satu kesatuan yang tak terpisah, karena sesungguhnya, selamanya
kita tetap tehubung kepada Tuhan dan kita harus berkomunikasi denganNya agar
bisa lebih memahamiNya.
Kepribadian kita akan menjadi lebih
baik jika kita selalu bisa bersama Tuhan, hanya dia yang akan mengingatkan kita
untuk lebih bisa mengatur jiwa ego, jiwa amarah dan jiwa keinginan ( saya sebut
sebagai diri palsu ) serta asumsi negatif ataupun poisitif sehingga interaksi
sosial menjadi semakin dipenuhi dengan ketenangan dan kedamaian serta kasih
sayang. Mari bawa segala urusan kita dalam setiap interaksi dengan Tuhan yang
ada di dalam diri kita, mari menjadi
spiritual, mari menjadi mahluk spiritual yang seutuhnya.
0 comments:
Posting Komentar