Kesadaran jiwa tenang, adalah awal mula kita memasuki zona
kehadiran Tuhan yang disadari dengan benar. Menjadi tenang artinya tetap diam,
baik secara fisik maupun mental. Dalam keheningan fisik dan mental, dikatakan
bahwa energi tubuh dan pikiran mengendap, sama seperti kotoran mengendap di
dalam air, dengan turun ke dasar, dan yang Anda miliki hanyalah air dengan kotoran
di bagian paling bawah. Jadi, airnya jernih, dan juga ada rasa istirahat di
tubuh fisik dan pikiran juga terasa segar dan "jernih".
Namun diam ini juga bukan berarti kita tak melakukan action apapun, karena sedianya kita tetap melangkan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
Praktek latihan kesadaran yang dimulai
dari sikap rileks adalah titik awal untuk tidak hanya melepaskan cengkeraman
“berbasis rasa takut” yang Anda miliki di pikiran Anda, tetapi juga untuk
memungkinkan pikiran melepaskan semua momentum negatifnya yang terpendam dan
mencapai keseimbangan . Selain itu, ini menyebabkan pelepasan
"perlawanan" dalam diri Anda yang memastikan bahwa Anda menjadi
selaras dengan tarikan arus hidup Anda.
Awal dari rileksasi energi adalah sikap rileks. Sebuah sikap yang akan mengantarkan kepada jiwa tenang.
Jika Anda sudah mencoba melatih
rileksasi energi, atau bahkan mengikuti program program saya, sebagai sebuah praktik
latihan kesadaran yang dimulai dari sikap rileks, suatu ketika saya, Anda, kita
akan masuk ke dalam keadaan seimbang dalam zona kesdaran jiwa, pikiran
tiba-tiba menjadi seimbang , kita akan diselaraskan dengan aliran energi kehidupan.
there is nothing further we need to understand – the only
reason for giving all the various understandings is to allow the mind/being to
become comfortable with this state of “allowing” or “letting go”, to understand
it “logically” and scientifically as to how it allows positivity to come
through and how it dissolve the negative momentum.
Jika kita ingin membentengi diri terhadap serangan dari
setan, maka kita harus memulai mengembangkan senkjata alamiah yang kita miliki,
yaitu masuk ke dalam jiwa tenang. Dalam kondisi kesdaran tenang inilah
informasi yangs ejati yang berasal dari tuhan akan hadir memandu kita.
Silahkan membaca artikel sebelumnya , cerita tentang iblis
bagian 9. :
Kecerdasan
spiritual akan menghambat kerja SETAN – cerita tentang iblis 9
MANUSIA YANG TAWAKAL, MENYULITKAN KERJA
SETAN.
Manusia Tawakal yang dimaksud adalah manusia yang
mempunyai persepsi diri bahwa segala sesuatu yang terjadi '' Ditentukan '' oleh
yang diyakini yaitu : Tuhan, oleh karena
itu pola hidup dalam menjalani kehidupan : Segala beban dan urusan Dunia -
Akhirat secara bathiniah-kejiwaan di Pasrahkan kepada Tuhan. Kondisi ini
menyebabkan aksi-reaksi mengalirnya energi Tuhan kepada manusia tersebut, hal
ini menjawab mengapa manusia yang Tawakal akan menyulitkan kerja setan.
Seribu - satu manusia dimuka Bumi ini yang
persepsinya dalam posisi Tawakal total. Diri palsunya menentang keras, karena
prinsip hidupnya mengandalkan logika, masuk akal atau tidak, belum lagi doktrin
dan pengaruh lingkungan yang terkondisi bahwa materi adalah tolok ukur atas
segala sesuatu,serta pendapat orang banyak yang menjadi refrensi-walau tahu
bahwa itu adalah '' salah kaprah ''.
Bila suatu saat dalam kehidupan anda mengalami
problema atau kegalauan atau situasi yang tidak menentu dalam kondisi kritis
menurut persepsi relatif anda, maka langkah penyelamatan awal - segera lakukan
tawakal kepada Tuhan ( untuk menghindari pengaruh setan ), dan diam sejenak
untuk tentramkan bathin, kemudian rasakan energi dari Tuhan mengalir ke dalam
diri - sering kali informasi berupa instink atau ide solusi muncul, maka segera
tangkap untuk selanjutnya gunakan pikiran
cerdas anda untuk melangkah - berbuat mengatasinya.
Bagaimana mau memulai tawakal bila kesadaran jiwa tenang tak bisa didapat? Bagaimana mau merasakan
kesadaran tenang bila belum masuk ke posisi jiwa tenang? Taukah anda dimana
jiwa tenang berada?
Jiwa tenang terletak sesudah diri palsu ( Diri Palsu adalah
lapisan jiwa yang paling depan, yang paling dekat dengan logika ) Diri Palsu = dimulai dari lapisan jiwa
paling depan yang berdekatan dengan logika = jiwa keinginan, jiwa amarah dan
jiwa ego. Baru kemudian ( Diri Sejati ) jiwa tenang, jiwa bijak, jiwa murni, jiwa
suci.
Nafs (jiwa) dalam jasad itu bagaikan burung yang terkurung
dalam sangkar, merindukan kebebasannya di alam lepas, menyatu kembali dengan
alam rohani, yaitu alam asalnya. Setiap kali ia mengingat alam asalnya, ia pun
menangis karena rindu ingin kembali.”–Ibn Sina
Kita sepakat bahwa manusia terdiri dari dua unsur, jasmani
dan rohani. Jika manusia butuh makan dan vitamin untuk kesehatan badannya, maka
manusia pun butuh asupan penting guna menyehatkan unsur rohani mereka.
Namun, saking
asyiknya dengan unsur yang tampak oleh mata, kadang kita lupa dengan siapa dan
apa tujuan kita hidup di dunia. Sehingga, urusan jiwa pun terbengkalai.
Hal inilah yang kemudian membuat hati manusia menjadi
gersang. Mudah marah, mudah menyalahkan, mudah membenci, sombong dan sederet
sikap dan sifat negatif lainnya—yang sesungguhnya bukan merupakan sikap dasar
alamiah manusia.
Sifat sifat inilah DIRI PALSU, Diri Palsu inilah ruang
masuknya SETAN ke dalam diri kita sebagai manusia.
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
rasa puas, dengan segala nikmat yang diberikan, lagi diridhaiNya. Masuklah ke
dalam jamaah hamba-hambaKu. Masuklah ke dalam syurgaKu”–(Qs. Fajr: 27-30)
Baca artikel : Kesadaran jiwa tak aktif maka tak tau tujuan
Ya, itulah seruan indah dan lembut dari Allah agar kita
dapat kembali dalam kondisi sebaik-baiknya kondisi. Namun, yang menjadi
pertanyaan adalah, apakah kita layak menerimanya di penghujung usia kelak? Bila
saat ini tak berusaha untuk mulai masuk ke dalam kondisi jiwa tenang maka
bisakah nanti ketika fisik kita sudah expired date kita menuju ke jiwa yang
tenang, tau bahkan lebih jauh lagi sampai kepada cahaya Tuhan di dalam diri? Saat
ini ketika hidup adalah saat yang paling tepat. Jika saat ini kesadaran jiwa
tenang sudah mulai bisa kita alami, maka ....pertolongan langsung dari Tuhan
akan hadir.
MANUSIA BIJAKSANA,
DAPAT MENGHALAU SETAN.
Manusia bijaksana adalah manusia
yang tingkat kesadarannya telah melampaui kesadaran Diri palsu dan jiwa tenang,
oleh karenanya tahu tentang kebenaran dan ketidak benaran, energi Tuhan dekat
dengan manusia bijaksana dan dengan sadar mampu menyalurkan energi sesuai yang
diinginkan, terutama mencerahi jiwa dalam diri palsu dan pikirannya. Hal inilah
yang menyebabkan manusia bijaksana tidak saja menyulitkan kerja setan, tetapi
lebih dari itu mampu menghalau setan.
Diperlukan perjuangan keras bagi
manusia awam untuk bisa kesadarannya pada level jiwa Bijaksana, mengingat
wahananya adalah Hati,bukan otak atau pikiran, sehingga jarang sekali manusia
yang tergerak secara konsisten menjadi manusia yang Bijak. Manusia bijak tidak
secara otomatis bebas dari godaan setan, tetapi justru level setan yang
menggoda tingkatannya jauh lebih tinggi dalam jumlah yang banyak, tipu daya
semakin cerdik dan halus, kalau tidak waspada dalam mengantisipasi bisa
tergelincir juga.
Kebijaksanaan selalu berpihak
kepada kebenaran, demi kemaslahatan dan manfaat secara universal, sumber
inspirasi adalah Nurani - bukan kecerdasan pikiran dan kecerdasan emosi.
Kebijaksanaan yang berdasarkan kecerdasan pikiran dan emosi melahirkan ke semu-an,
mudah sekali dicemari bisikan setan. Sehingga hasil akhirnya masih bermuatan
kepentingan/Ego, dan bila dipaksakan dalam pelaksanaan praktek kehidupan - azas
kemaslahatan dan manfaat tidak akan maksimal.
MANUSIA BERIMAN,
DAPAT MENGHALAU SETAN.
Iman artinya percaya,dan yang
dimaksud adalah percaya kepada Tuhan YME. Manusia beriman mempunyai tingkatan
kualitas yang berbeda - beda, secara garis besar dibagi dua : 1. Percaya karena
menyaksikan; 2. Percaya karena diberitahu.
Percaya bila sudah mengkristal menjadi '' yakin '', dan yakin bila sudah
total akan menjadi energi sesuai dengan keyakinannya.
Jadi manusia beriman adalah manusia yang sudah mengandung muatan energi keyakinan, bila yang diyakini adalah Tuhan - maka manusia beriman adalah manusia yang mempunyai Energi Tuhan. Inilah mengapa manusia beriman sulit digoda setan, bahkan dapat menghalau setan.
Banyak kejadian di
masyarakat,semua pemeluk Agama apapun menyatakan bahwa dirinya beriman, tetapi
faktanya sebagian besar terpengaruh oleh godaan setan - bahkan dengan tenangnya
membohongi dirinya sendiri seolah tampak dihadapan orang lain tercitra menjadi
manusia yang beriman. . . Yang tidak bisa tergoda oleh setan.
Satu - satunya perlindungan
manusia masa kini dan kedepan untuk menghadapi serangan tipu daya setan adalah
bersandarkan Agama yang diturunkan Tuhan YME. Kristalisasi ajaran kebenaran
Agama ini menghasilkan manusia beriman yang sejati dan mampu menghalau setan
Baca artikel : Dapatkan
pertolongan Tuhan agar hidup selamat
Dan jangan lupakan jika awal dari segalanya adalah saat kita
mengenal Tuhan, kenal dengan Tuhan mengakibatkan kita bisa relatif sangat mudah
masuk ke dalam kesadaran jiwa tenang,
atau bahkan lebih jauh lagi, masuk ke level bijaksana,..dan sekalian masuk ke
dalam kesadaran Tuhan di dalam diri kita.
Jiwa yang tenang—nafsul muthmainnah, hanya ada pada orang yang
memilih jalanNya. Sehingga akhirnya mendapatkan kasihNya dan mampu menebarkan pula rahmatNya
terhadap seluruh makhluk, tak terkecuali binatang dan alam semesta.
Jiwa
yang tenang, yang hadir dengan begitu santunnya menyapa Dia, Dzat yang
maha memberi ketenangan—yang merupakan sumber Kebahagiaan sehingga kita bisa menebarkan rasa bahagia yang kekal
lagi menggembirakan.
Jiwa yang tenang, yang selalu dinanti dan
diharapkan manusia. Jiwa yang dengan keagunganNya, kita dituntun agar
dapat menempuh jalan yang sempurna dalam penghambaan seorang manusia.
Sayangnya, keberadaan jiwa yang tenang ini terkadang
tertutupi oleh DIRI PALSU ( jiwa ego, jiwa amarah dan jiwa keinginan ) manusia. Ia ada, tapi seolah-olah tiada. Ia
nyata, tapi kehadirannya seakan tak dapat terlacak. Ia hadir, bahkan ketika
diseru oleh Tuhan, namun seperti hilang ditelan sikap angkuh manusia, hingga ia
pun seperti burung dalam sangkar, terus ‘menjerit’ dan mengharap kembali kepada
Tuhannya dalam kondisi yang tenang lagi santun, muthmainnah.
Pun, seperti burung dalam sangkar. Sebaik dan semewah apa
pun perhiasan dunia—terpenjara dalam sangkar yang mewah lagi mahal. Namun, jiwa
yang tenang lagi santun hanya berharap dan ingin kembali pada Dia yang maha
memberikan ketenangan.
Ya, Tuhan begitu dekat. Semakin kita menghampiriNya, semakin
pantas Dia menghampiri kita dan Dia meyakinkan kita dengan kata-kata cintaNya
yang abadi, “Aku berada lebih dekat dari urat lehermu sendiri.”
Seolah-olah Tuhan berbisik ke telinga kita, “Wahai yang
kusayang, usah gelisah. Aku ada bersamamu, selalu.”
Ucapan yang sangat membahagiakan untuk setiap insan yang
merindu dan sakaw karena cinta. Merindu untuk dapat bertemu dengan yang
terkasih, Tuhan semesta alam.
Terngiang ngiang kalimat mas guru ini ketika sedang relaksasi energi :
BalasHapusYa, Tuhan begitu dekat. Semakin kita menghampiriNya, semakin pantas Dia menghampiri kita dan Dia meyakinkan kita dengan kata-kata cintaNya yang abadi, “Aku berada lebih dekat dari urat lehermu sendiri.”
Seolah-olah Tuhan berbisik ke telinga kita, “Wahai yang kusayang, usah gelisah. Aku ada bersamamu, selalu."
Terima Kasih sudah membawa saya masuk ke jiwa tenang mas Guru
Memang untuk menemani perjalanannya itu gan,
HapusTerimakasih kembali