Menemukan cahaya hati
yang sejati adalah tujuan kita hidup. Manusia, cahaya dan kehidupan adalah
trinitas
Tanpa kita sadari, diri kita ini adalah mahluk yang menjadi
tukang campur dari cahaya cahaya yang ada di sekitarnya, mungkin suatu saat
bisa menjadi seniman karena berhasil memadukan banyak komposisi warna dengan perpaduan
yang ada seninya.
Awalnya, seperti saya,..kita hanya mencampur campur saja
tanpa ada pakemnya ( seolah olah begitu ) tak terlihat seperti apa seninya,
padahal semua ini ada pakemnya, tanpa sadar kita semua telah menjadi seorangs
eniman kehidupan di jalan hidup kita masing masing.
Manusia adalah makluk trichromat, yaitu spesies dengan 3
macam reseptor warna, yang menjadi warna primer cahaya: RGD (red/merah,
green/hijau, blue/biru).
Di dalam kehidupan pun, ada trinitas kehidupan: Tuhan
(basis), manusia (humanis) dan alam semesta (naturalis).
Di dalam manusia pun, ada trinitas pula: lapisan jiwa -
nafsu, pikiran - akal dan Percikan Cahaya Tuhan - Hati Nurani.
Hati Nurani, Dikenal juga oleh khalayak umum sebagai cahaya hati,
sudahkah perjalanan menemukan cahaya hati
ini dilakukan ?
Jalannya kehidupan adalah hasil dari racik-meracik bagian
bagian dari trinitas diatas tersebut, warna-warni hidup yang beberbeda dari
setiap orang terjadi karena komposisi/intensitas racikan yang tak selalu sama dari komponen
trinitas diatas.
Ketika kita bisa meracik ketiga warna dengan intensitas yang
sama, maka akan tercipta cahaya yang dianggap science paling sempurna, yaitu
putih.
Kehidupan yang harmoni adalah hasil dari interaksi absolut dengan
Tuhan dan perpaduan memperlakukan alam semesta dan sesama manusia secara
proporsional.
Jangan malah interaksi dengan Tuhan dijadikan komponen yang
proporsional dengan inteaksi dengan komponen lain, karena sejatinya semua
komponen memiliki dzat Tuhan yang hadir di perjalanan hidup kita untuk
meningkatkan kualitas diri kita.
Baca juga artikel yang berkaitan dengan menemukan cahaya
hati : Hubungan
Cahaya Tuhan Di Dalam Diri Kita, Jiwa, Pikiran dan Tubuh
Manusia yang bijaksana adalah manusia yang tau mana kondisi
mutmainah ( jiwa tenang ) sehingga bisa mulai mengelola dirinya ( Percikan
Cahaya Tuhan – Hati Nurani, Pikiran – akal, jiwa- nafsu ).
Manusia yang bijaksana “tanpa sadar” akan mulai menjadi
adaptive, bisa lebih mudah beradaptasi dengan situasi serta kondisi yang
dihadapi, karena mulai bisa menjadikan Hati Nuraninya sebagai Navigator
Kehidupannya.
Apalagi, bila itu dilakukan dengan sadar
,...apa yang akan
terjadi?
Dualitas keadaan ( Positif dan Negatif ) akan mulai bisa
disadari, cepat atau lambat Pemahaman mulai datang sebagai modal berselancar di
gelombang samudera kehidupan.
Keadaan negatif (penderitaan, kekurangan, masalah, bencana,
dll ) akan selalu ada, karena ini termasuk komponen dualitas kehidupan di dunia.
Begitu juga Keadaan Positif , karena yang positif ini juga
termasuk komponen dari dualitas kehidupan di dunia
Kesadaran akan membuat pemahaman yang hakiki bisa diterima
dan diterapkan sesuai sikon,
Unsur Api akan bisa mulai dimunculkan, mulai bisa dimanfaatkan
, bukan ditakuti
Api akan menjadi obor (sumber cahaya) ketika komposisinya tepat.
Dalam kondisi ini, kesadaran jiwa tenang akan mengambil
peranan besar, memberikan akses kepada informasi yang sejati yang bisa mudah
dipahami oleh pikiran dan dieksekusi dalam waktu yang tepat, inilah kunci
adaptasi.
Baca juga artikel yang berkaitan dengan menemukan cahaya
hati : Cahaya
Diatas Cahaya
Sikap/cara menanggapai keadaan negatif inilah yang akan
mempengaruhi hasil. Dalam kondisi kesadaran apa kita menanggapi keadaan negatif
yang muncul? Apakah itu dalam kesadaran logika?
Kesadaran Diri Palsu ( jiwa
ego, jiwa amarah dan jiwa keinginan ) atau Kesadaran Jiwa Tenang ?
Ketika api ditanggapi dengan bensin maka yang terjadi adalah
kebakaran,
Ketika kekurangan ditanggapi dengan kemarahan, maka hasilnya adalah
penderitaan.
Ketika api ditanggapi dengan ketenangan, bensin yang
hadirpun malah bisa dimanfaatkan untuk menyalakan mesin dan menghasilkan tenaga
yang bisa menggerakkan mesin kendaraan.
Nanti pada akhirnya kebijaksaan lah yang akan menjalankan
kendaraan tersebut di rute yang tepat, menjadi sarana hidup yang bermanfaat.
Ketika aliran listrik negatif ditanggapi dengan ketenangan,
maka kebijaksanaan akan muncul dan membuat digunakannya aliran listrik positif
dengan porsi yang seimbang, maka akan menyalakan lampu bohlam/neon.
Kita adalah tukang racik warna dan cahaya, Mari fokuskan
diri pada cahaya hati yang sejati di dalam diri, sehingga navigator kehidupan
muncul dan mengarahkan kita menjadi insan yang bersinar, agar diri kita menjadi
pribadi yang terang-benderang, dan menjadi sumber terang bagi sekitar kita.
Pada akhirnya, sama seperti saya, masih terus belajar, masih terus berusaha memahami sang Cahaya Sejati.
Mari kita lakukan perjalanan menemukan cahaya hati yang sejati, sekarang, besok,dan kapan kapan
lagi adalah waktunya, tidak ada salahnya kan kalau kita lakukan sekarang,
karena cepat atau lambat pasti akan kita lakukan juga perjalanan ini.
Sedang berusaha memadamkan api dengan kasih sayang, ha ha ha, doakan saya mas guru
BalasHapusenergi dan doa terkirim, mewujud dan menjadi manfaat. Semangat berlatih gan
Hapus