Apa sih syukur itu? Tentang Syukur - On Gratitude
Kalau menurut bahasanya syukur itu berasal dari terminologi
bahasa arab, syukur itu artinya berterimakasih. Kata nikmat itu artinya
pemberian, anugerah, nikmat, lezat, dll. Mensyukuri nikmat Allah adalah berterimakasih
atas segala apa yang diberi oleh Allah, mengingat-ingat apa saja yang sudah
diberikan pada kita dan kita berusaha berterimakasih atas semua itu.
Apa sih syukur itu? Apa Cuma begitu saja, apa jika mengingat ingat apa pemberian yang diberikan kepada kita malah akan membuat kita seperti menghitung hitung, apakah itu membuat kita seolah menjadi perhitungan?
Dalam kesadaran yang tepat, dalam kesadaran jiwa tenang, saya yakin itu akan bisa mulai direduksi, logika tak lagi segalak sebelumnya, dalam ketenangan jiwa, logika mulai bisa dijinakkan, sehingga kita tak lagi seperti perhitungan, tak lagi transaksional. Mereka yang bisa merasakan ketenangan jiwa biasanya bisa merasakan syukur yang berbeda, hanya merasakan nikmatnya dari proses bersyukur.
Gratitude,
berterima kasih, hanya mengingat ingat semua hal, dari yang umum sampai yang
khusus, detail, agar bsia disyukuri satu per satu, agar bisa berterimakasih
pada Tuhan, pada semestaNya, atas semua yang sudah diberikan, atas apa yang
sedang kita rasakan saat ini.
Apa
sih syukur itu? Berikut ini adalah uraian singkat dari saya, ini sharing saya
mengenai kebersyukuran, This is my Gratitude.. This is how I said Thank You To
Universe. Ini adalah masalah pandangan hidup esoteris, Bagaimanapun, soal
syukur adalah sesuatu yang kita semua harus pelajari, harus selalu dipelajari
tiap saat, dari pengalaman hidup, dari pengalaman hidup sekitar kita. Karena
kita hampir hampir tidak bersyukur seperti yang seharusnya.
Rasa
syukur
Yang
mendorong saya untuk menulis artikel singkat tentang rasa syukur ini adalah
serangkaian refleksi yang sungguh-sungguh atas hidup saya sendiri. Ini dipicu
oleh sebuah pembicaraan singkat dengan seorang sahabat yang sedang menikmati
tiap momen yang dijalaninya dalam hidup.
Menjadi
sangat jelas bagi saya bahwa, dalam mengamati diri sendiri (berusaha untuk jujur)
dan orang lain, kita - sebagai manusia - cenderung banyak mengeluh tentang
hidup kita. Kita selalu mengeluh. Kita selalu melihat "betapa mengerikannya
semua yang sedang kita hadapi ini, betapa seramnya apa yang dihadapi dia,
mereka, orang itu………..", meskipun kita sedang makan dengan sendok dan piring
berlapis emas.
Baca juga artikel :
Sebenarnya, banyak dari kita berperilaku - jauh lebih dari yang ingin kita akui, tentu saja - seperti anak nakal yang manja. Sikap ini tentu saja tidak dapat ditolerir. Kita semua terlalu sering tidak tahu berterima kasih ( ataukah sedang terlupa? Atau ……malah melupakan? ) ; tidak menghargai dan tidak berterima kasih. Sebenarnya banyak yang harus kita syukuri. Hampir semua yang kita miliki hampir tidak layak kita dapatkan. Hampir semua yang kita miliki, kita dapatkan "dengan cuma-cuma". Jika kita memperhatikan hidup kita dengan saksama, kita dapat melihat bahwa - meskipun kita mengeluh - kita disediakan semua keperluan dan kadang keinginan, atau semuanya dengan sangat baik. Kita memiliki apa yang Kita butuhkan.
Apa sih syukur itu? Syukur adalah menghargai dan berterima kasih. Kita perlu lebih bersyukur; kita harus lebih menghargai dan bersyukur. Hidup adalah kesempatan luar biasa untuk hidup, belajar, dan tumbuh. Kami dapat berterima kasih atas kesempatan ini: kami dapat berterima kasih kepada Tuhan Yang Esa, Kepada Semestanya ( Alam Semesta = Sistem Tuhan Yang mengkomodir semua kehidupan ), kepada orang tua kita, kepada keluarga, kepada sahabat, teman, musuh, guru-guru,..dll…
Syukur
dan puas
Ketika
kita bersyukur, kita bisa ( lebih mudah ) menjadi puas; ketika kita menjadi
puas, kita menghentikan penderitaan yang ada dalam keinginan dan kebencian;
dalam menginginkan. Keinginan adalah menginginkan apa yang tidak ada;
keengganan tidak menginginkan apa yang ada. Dalam kedua kasus tersebut, kita
menderita karena kita menginginkan saat ini menjadi sesuatu yang lain -
kadang-kadang sesuatu yang lain - daripada apa adanya. Bersyukur adalah belajar
melihat semua hal baik yang telah kita dapatkan di saat tertentu. Ini mengarah
pada kepuasan. Ini mengarah pada penerimaan saat ini persis seperti apa adanya.
Ketika kita berhenti meminta lebih – berhenti menuntut hal-hal hidup, bisa
menghargai apa yang kita miliki, siapa diri kita, dan di mana kita berada maka
kita “melewati”.
Apa sih syukur itu? Apa preferensinya
Keinginan
dan keengganan (lebih bersifat emosional dan lebih ekstrem) harus diubah
menjadi preferensi (lebih bersifat mental dan tidak terlalu ekstrem). Keinginan
dan keengganan menghasilkan penderitaan karena itu adalah tuntutan hidup.
Ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan - atau ketika kita
mendapatkan apa yang tidak kita inginkan - kita menjadi sengsara. Ketika kita
menjadi sengsara, berkubang dalam emosi yang lebih rendah ( dalam kondisi jiwa
yang tak tenang, yang dikuasai oleh jiwa ego, jiwa amarah dan jiwa keinginan –
sedang dalam kesadaran DIRI PALSU ), kita membuat hidup lebih sulit untuk
dijalani bagi diri kita sendiri dan orang lain. Ketika kita menjadi sengsara,
kita menghasilkan kesengsaraan ke mana pun kita pergi. Seperti menara
penyiaran, kita menyiarkan pikiran dan perasaan kita ke dunia di sekitar kita
melalui energi yang kita pancarkan - karena itu, kita sangat yakin bahwa apa
yang kita promosikan adalah hal terbaik dan dari kualitas hebat yang tersimpan
dalam jiwa dan ruh kita.
Baca
juga artikel : Sekali
Tentang Syukur
Apa
sih syukur itu? Syukur juga tergantung dari kondisi atau state of
consciousness kita. Keinginan dan keengganan (lebih emosional dan lebih ekstrim
di alam) harus berubah menjadi preferensi (lebih mental dan kurang ekstrim di
alam). Artinya, kita boleh memilih, tetapi kita tidak menuntut hal-hal
kehidupan. Misalnya, kita semua - tidak diragukan lagi - lebih memilih
kesehatan yang baik; namun - pada akhirnya - kita tidak benar-benar bisa
memilih kesehatan yang baik. Terkadang kita sakit. Jika kita menjadi kesal
dengan ini, maka itu hanya menunjukkan bahwa kita menginginkan kesehatan yang
baik. Itu lebih dari preferensi. Preferensi lebih suka, tetapi tidak menuntut.
Preferensi mengakui fakta bahwa - terkadang - kita tidak mendapatkan apa yang
kita inginkan. Preferensi : pilihan : kecenderungan : hal yang didahulukan : pilihan
realitas, membuat kita tau kemana harus mengarahkan fokus dengan kesadaran jiwa
tenang. Dan Keinginan yang membabi buta membuat kita menderita.
Pentingnya Bersyukur
Ketika
seseorang melanjutkan studi mereka tentang diri sendiri, tentang siapa diri
kita sebenarnya dan bagaimana semesta ini bekerja maka orang akan menemukan
pentingnya hal-hal seperti rasa syukur; penghargaan dan rasa terima kasih.
Seseorang akan menemukan pentingnya kebahagiaan dan kepuasan. Hal terbesar dan
terpenting adalah bagaimana kita saling mempengaruhi dengan pikiran dan
perasaan kita. Kita saling membantu dan
menghalangi, setiap hari, berdasarkan pikiran, perasaan, kata-kata, dan
perbuatan kita, baik disadari atau tidak; juga, berdasarkan perilaku, sikap,
dan reaksi kita. Kita tidak hidup dalam ruang hampa sendirian. Segala sesuatu
yang kita, semua yang kita lakukan, memiliki efek. Rasa syukur berperan dalam
hal ini.
Baca juga artikel :
Apa
sih Syukur itu? Dalam kesadaran jiwa tenang, syukur akan menjadi berbeda
rasanya, meningkat levelnya. Saat kita bersyukur dalam kondisi jiwa tenang,
saat kita bisa menghargai dan bersyukur, kita mulai menyadari betapa baiknya bila
kita semua memiliki kesadaran jiwa tenang dan rasa kebersyukuran. Kita
menyadari bahwa kita semua diperhatikan. Kita berhenti membuat tuntutan-tuntutan
dalam hidup.
Hidup
akan mengalir bersama aliran kehidupan yang alami.
0 comments:
Posting Komentar